Apa Saja
Jenis-Jenis Sistem Hidroponik & Bagaimana Cara Menanamnya?
Setelah
kita memahami jenis media tanam yang baik dan tepat untuk pembudidayaan
tanaman, maka tahap selanjutnya adalah memahami model sistem pengairan
hidroponik dan cara menggunakanya.
Ada
sebanyak 8 sistem model pengairan hidroponik. Setiap sistem ini punya kelebihan
dan kekuraangan. Yuk, kita bahas satu persatu.
1
Sistem Hidroponik Aeroponik
Aeroponik berasal dari dua kata yakni aero
adalah udara dan poniq adalah cara budidaya. Jadi aeroponik adalah suatu sistem
penanaman sayuran yang paling baik dengan menggunakan udara dan ekosistem air
tanpa menggunakan tanah.
Teknik ini merupakan metode penanaman
hidroponik dengan menggunakan menggunakan bantuan teknologi. Dengan menempatkan
tanaman sedemikian rupa hingga akar tanaman terlihat menggantung.
Prinsip kerja aeroponik sistem adalah dengan
memanfaatkan air dan nutrisi yang diberikan ke tanaman dalam bentuk butiran
kecil ataupun kabut.
Adapun proses pengkabutan ini berasal dari
sebuah pompa air yang diletakkan di bak penampungan dan disermprotkan dengan
menggunakan nozzle. Sehingga dengan begitu nutrisi yang diberikan ke tanaman
akan lebih cepat diserap akar tanaman yang menggantung.
Sistem aeroponik merupakan langkah yang tepat
dan baik dalam pembudidayaan tanaman sebab dari teknik ini tanaman akan
mendapatkan dua hal yaitu nutrsi serta oksigen secara bersamaan.
Banyak petani senang dengan menggunakan
teknik ini. Karena kualitas sayuran yang ditanam dengan teknik ini terbukti
mempunyai kualitas yang baik, higeinis, segar, renyah, beraroma dan disertai
juga dengan citarasa yang tinggi.
Keunggulan dari sistem ini yakni terletak
pada proses oksigenisasi yang langusng sampai ke akar yang dimulai dari tiap
butiran kabut halus yang sudah dicampur unsur haranya.
Jadi banyak di negara berkembang menggunakan
sistem ini termasuk di Idnonesia. Kelebihan dari sistem ini ada 8 diantaranya:
§ Tidak perlu menggunakan lahan yang luas,
Cukup dengan lahan yang kecil saja.
§ Sistem aeroponik sangat ramah lingkungan
karena dapat menghemat air.
§ Dengan akar yang menggantung di udara maka
akan lebih banyak dalam penerimaan oksigen.
§ Dapat mengurangi jumlah tenaga kerja.
§ Mengurangi pertumbuhan pathogen yang
berbahaya.
§ Tanaman akan lebih mudah melakukan
fotosintesis sebab tanaman tersebut akan memanfaatkan karbon dioksida yang kaya
akan oksigen.
§ Tidak perlu menggunakan tanah, sebab dengan
aor yang cukup maka sudah bisa membudi dayakan tanaman ini.
§ Mampu menghasilkan tanaman yang memenuhi 3K
yaitu kualitas, kuantitas dan kontinuitas.
Nah, kekurangan sistem ini adalah apabila
dalam sistem pengkabutan tidak dikontrol dengan benar maka akar yang menggantung
akan cepat mengering sebab mengganggu proses pengabutan.
1.1 Cara
Menaman Dengan Sistem Aeroponik
Sebelum kami terangkan cara menanam sistem
hidroponik, maka lebih utama dulu mengenal bahan atau alat yang diperlukan. Ada
9 alat dan bahan yang perlu disediakan. Diantaranya:
- § Jaringan irigasi sprinkler
- § Pompa air atau jet pump (sanyo)
- § Nozzle sprinkler
- § Pipa paralon
- § Pipa etilen
- § Rockwool
- § Gabus atau Styrofoam
- § Larutan nutrisi
- § Dan bibit tanaman.
Fungsi dari sprinkler adalah sebagai alat
untuk menjamin ketepatan waktu dalam penyiraman, jumlah air yang digunakan dan
keseragaman dalam mendistribusikan air seluruh permukaan akar tanaman.
Sehingga dengan cara tersebut akan sangat
membantu dalam menciptakan uap air di udara yang mengenai semua tanaman dan
memberikan lapisan air pada akar dan juga akan menurunkan suhu disekitar daun
serta mampu mengurangi evantranspirasi.
Pertama atur sistem pancaran atau pengabutan
pada sprinkler jet spray secara intermittend. Dengan memanfaatkan tombol on-off
yang telah disetting dengan menggunakan timer.
Kemudian apabila proses pengabutannya mati
tidak lebih dari 15 menit maka tanaman akan tetap tumbuh namun perlu
diperhatikan juga apabila pompa air mati lebih dari 20 menit maka akan
menyebabkan akar tanaman mongering dan akhirnya mati.
Ada 5 kelebihan yang dapat diperoleh dari
sistem ini yakni:
§ Mampu mengendalikan akar tanaman.
§ Mampu memenuhi kebutuhan air dengan baik dam
juga mudah.
§ Keseragaman nutrisi dan juga kadar
konsentrasi nutrisi da pat diatur sesuai dengan umur dan jenis tanaman.
§ Tanaman dapat diproduksi hingga beberapa kali
dengan periode yang pendek.
§ Dapat dijadikan sebagai media eksoerimen
sebab adanya variabel yang dapat dikontrol sehingga dapat memungkinkan hasil
tanaman high planting density.
Namun sistem ini memerlukan investasi dan
biaya perawatan yang sangat mahal. Selain itu sangat tergantung pada energy
listrik dan juga mudah terserang penyakit apabila tidak dirawat dengan baik dan
benar.
2 Sitem Hidroponik
Nutrient Film Technique (NFT)
Sistem Nutrient Film Technique (NFT) adalah
teknik baru dalam hal bercocok tanam hidroponik di Indonesia. Sistem ini sangat
tepat apabila diaplikasikan pada lahan yang tidak subur dan namun dapat
diterapkan di dataran tinggi maupun rendah.
Intinya tujuan akhir dari sistem ini adalah
memperoleh panen yang berkualitas. Ada sedikit perbedaan penerapan sistem NFT
dengan aeroponik.
Perbedaannta yakni terletak pada peletakan
akar tanaman di atas lapisan air yang dangkal. Akan tetapi air tersebut telah
mengalami proses sirkulasi dan mengandung sejumlah nutrient sesuai dengan
kebutuhan tanaman,
Sehingga dengan begitu akar tanama akan terus
berkembang sebab dikelilingi oleh lapisan nutrisi. Keungulan dan kelemahan
teknik ini yakni terletak pada pasokan daya listrik.
Apabila pasokan listrik baik itu pompanya
mengalami kerusakan maka akar tanaman akan cepat kering yang kemudian
terganggunya nutrisi dan menyebabkan kematian.
Namun dengan cara ini akan lebih menjamin
tanaman dapat tumbuh dan berproduksi lebih maksimal dan berhasil.
#2.1 Cara
Menaman Dengan Sistem Nutrient Film Technique (NFT)
Cara menanam teknik ini yaitu pertama apabila
telah selesai proses pembuatan media tanam dan pecampuran nursi beserta air,
maka larutan nutrsi dipompakan ke dalam growing tray.
Growing tray merupakan tempat bisa berupa
keranjang maipun pot untuk tumbuhan yang umumnya adalah tabung. Jadi larutan
nutrisi akan mengalir melewati akar tanaman lalu selanjut akan kembali lagi ke
bak penampungan.
Biasanya sistem ini ditempatkan apda
keranjang plastik yang mana akar menggantung ke dalam larutan nutrisi. Namun
cara ini ternyata kurang efektif, sebab harus melewati penyemaian biji hingga
ditempatkan ke sistem NFT.
Apabila cara diatas kurang bisa dipahami,
maka dapat dilakukan salah satu dari 2 metode metode berikiut ini:
Cara
pertama: Siapkan
alat dan bahan dengan spesifikasi berikut ini. Sediakan talang air sepanjang
satu meter sebanyak 6 buah. Lalu gabus atau Styrofoam dengan ukuran 1 meter
sedikitnya 6 buah.
Gunanya dua alat ini yaitu sebagai tempat
aliran air. Apabila telah selesai alat dan bahannya. Maka buatlah lubang pada
gabus dan dijadikan tempat tanamn sebanyak 5 buah.
Dengan tiap buah masing-masing berdiameter 6
cm perlubang. Kemudian tempelkan gabus itu pada talang air yang telah dipasangi
pipa di kedua ujung talang.
Nah, cara ini dapat disusun secara vertical
maupun horizontal tergantung kreatifitas. Metode cara pertama ini tergolong
mudah sebab hanya tinggal meletakkan bibit tanaman dan media tanam rockwoll.
Cara
kedua:
§ Dipotong paralon 3 inci menjadi 4 bagian yang
masing-masing bagian telah diberi lubang dengan cara dibor. Sebelum dibor
sebaiknya diukur terlebih dahulu jarak antar lubang.
§ Pada masing-masing ujung paralon, beri
penutup dan pastikan sesuai dengan drat yang digunakan.
§ Setalah itu susun paralon secara vertical
yang telah dibuat instlasinya. Lalu pasang pipa air di kedua ujung paralon.
Model isntlasi ini sesuai dengan kreatifitas. Kemduian pasanglah drat.
§ Selanjutnya masukkan pompa air yang telah
diberi larutan nutrsi dan disambungkan dengan selang agar air tersebut dapat
mengalir ke bagian atas.
§ Setalah urusan diatas selesai, maka baru
kemudian masukkan media tanam ke bagian plastik yang telah sebelumnya dilubangi
dan diletakkan bibit tanaman.
§ Dan terakhir gula plastik tersebut dimasukkan
kedalam pipa paralon.
3 Sistem
Hidroponik Drip System
Sistem Drip atau Sistm tetes adalah sistem
hidroponik banyak diterapkan di rumah-rumah yang sebeneranya tujuan utamanya
yaitu hanya sekedar hobi namun tidak tutup kemungkinan juga untuk
dikomersilkan.
Sistem ini tergolong sederhana sebab tidak
membutuhkan begitu banyaj perlengkapan, serta multifungsi dan efektif.
Banyak sekali variasi yang dapat kita rancang
serta bangun. Dan semuanya hanya tergantung pada kreativitas dan inovasi.
Sesuai dengan namanya sistem ini menerapkan
tetesan larutan nutrisi ke setiap akar tanaman dengan tujuan agar lembab dan
juga basah.
Teknik ini bisa dirancang sesuai kebutuhan
dan lahan, bisa dari skala kecil maupun skala besar. Akan tetapi lebih efektif
cara ini untuk tanaman yang agak besar yang membutuhkan ruang yang lebih untuk
pertumbuhan akar.
Dan juga teknik ini tidak begitu banyak
membutuhkan air dalam sistem pengairannya serta pipa ataupun selang dapat
ditarik secara memanjang. Kekurangan hanya media tanam yang banyak agar mudah
diserap dan disimpan.
Kenapa menggunakan tanaman besar? Karena
tanaman besar tahan terhadap tekanan atau stress dan tidak sensitif terhadap
keterlambatan waktu pengairan.
Ada dua jenis tes dalam menggunakan sistem
drip yaitu:
3.1 Sistem Drip Sirkulasi
Sistem model ini paling banyak diaplikasika
di perumahan. Karena prinsip kerjanya yang cukup sederhana. Yaitu dengan
mengalirkan air di dalam tandon yang telah dicampurkan nutrisi untuk membasahi
media tanam dan akar tanaman.
Lalu air yang dialirkan dengan sendirinya
akan turun ke bawah yang mana telah disediakan bak penampungan (tendon). Nah,
sirkulasi dari proses inilah yang dapat dipakai secara berulang-ulang sehingga
dapat membasahi setiap tanaman.
Namun kekurangan teknik ini yaitu harus
dilakuakan pengecekan rutin terhadap air yang digunakan. Karena dengan terlalu
banyaknya sirkulasi air maka akan bisa mengubah tingkat keasaman (pH) air serta
perubahan warna larutan air.
3.1 Sistem Drip Non-Sirkulasi
Kalau sistem drip tetes banyak digunakan di
perumahan yang hanya sekedar hobi. Sistem ini banyak diterapkan untuk skala
komersil dan cara kerjanya juga sedikit berbeda.
Air nutrisi yang digunakan di dalam tendon
tidak dialirkan lagi melainkan langsung dibuang apabila ada kelebihan.
Meskipun terbilang boros akan tetapi air yang
dibuang tersebut tidak begitu banyak. Sistem ini bisa tercapai yakni dengan
menggunakan timer.
Sehingga dengan begitu tetesan air dapat
diatur hingga sampai ke detik berapa. Dan sistem pengairan ini cukup dengan
meneteskan larutan nutrisi selama berapa waktu yang dibutuhkan dan cukup
membasahi media tanam saja.
Air tetesan tersebut yang kemudain akan
diserap dan disimpan oleh media tanam yang mana nantinya akan dapat
dimanfaatkan media tanam.
Dalam berapa hari media tanam yang digunakan
tanaman harus dibersihkan agar endapan nutrisi tidak mengganggu proses
pertumbuhan tanaman. Lagi pula sistem in terbilang perawatannya lebih sedikit
dibandingkan sistem sirkulasi.
Karena air tetesan yang telah ditampung
langsung dibuang jadi tidak perlu lagi untuk selalu mengecek kadar keasamaan
air dan jumlah nutrisi di dalam tendon.
Yang perlu diingat dan dicatat adalah larutan
nutrisi di dalam tendon mesti diaduk agar tidak terjadi pengendapan mineral
yang akan berdampak pada pertumbuhan tanaman.
4 Sistem
Hidroponik Pasang Surut (Ebb And Flow System)
Sistem pasang surut adalah sistem bercocok
tanam hidroponik dimana tanaman mendapatkan air, oksigen serta nutrisi melalui
pemompaan bak penampung yang nantinya akan membasahi akar atau istilahnya
pasang.
Kemudian selang beberapa waktu nutrisi
kembali lagi ke bak penampungan atau istilahnya surut. Nah, waktu pasang atau
surutnya ini bisa diatur sesuai kebutuhan tanaman sehingga tidak terjadi
genangan ataupun kekurangan air.
Jadi pompa air ini nantinya akan dibenamkan
ke dalam larutan nutrisi lalu dipasang timer yang telah diatur waktunya . Dan
air yang di dalam kolam atau bak penampung akan dipompa dan diteruskan ke
penampungan tanaman (grow tray).
Baru kemudian timer mati dan air secara
otomatis aka turun kembali ke bak penampungan. Dalam hal ini timer dapat diatur
beberapa kali sesuai kebutuhan. Intinya nutrisi pada tanaman harus terpenuhi secara
baik.
Dalam aplikasinya sistem hidroponik dengan
teknik ini dapat diterapklan untuk beberapa media pertumbuhan. Dan media yang
lazim untuk menyimpan air secara baik adalah rockwool dan vermiculite.
Kelebihan dari teknik ini yaitu tanaman akan
memperoleh nutrisi berupa air dan oksigen secara periodic. Kedua adalah oksogen
yang dibawa melalui pompa mempunyai kualitas yang baik. Dan penyiraman yang
dilakukan secara otomatis dapat menghemat tenaga dan waktu.
Namun kekurangan menggunakan metode ini yaitu
budget yang dikeluarkan cukup mahal. Tergantung pada posakan listrik, apabila
listrik padam maka tumbuhan bisa mati. Dan pemberian nutrisi berkali-kali tidak
sebaik pemberian nutrisi di awal.
5
Hidroponik Sistem Deep Flow Technique System (DFT)
Sistem DFT secara singkat adalah sistem
hidroponik yang meletakkan akar tanaman pada lapisan air pada kedalaman air
berkisar 4-6 cm.
Sama dengan sistem yang lain, sistem DFT juga
membutuhkan tenaga listrik untuk mensirkulasikan air ke dalam talang-talang
dengan menggunakan pompa air. Kemudian untuk menghemat listrik maka dapat
menggunakan timer yang dapat atur waktu hidup dan mati.
Keunggulan sistem hidroponik daripada sistem
yang lain adalah terletak pada saat listrik padam namun kebutuhan nutrisi untuk
tanaman tetap tersedia. Karena sistem ini diatur ke dalam nutrisinya sampai 6
cm.
Akan tetapi kekurangannya adalah memerlukan
kebutuhan nutrisi yang cukup banyak apabila disbanding dengan sistem NFT.
6
Hidroponik Sistem Sumbu (Wicks System)
Sistem sumbu atau wicks system adalah sistem
hidroponik yang paling sederhana yakni dengan memanfaatkan sumbu yang kemudian
dihubungkan antara larutan nutrisi pada bak penampung dengan media tanam.
Dan hal yang laing sederhana lagi yakni
sistem ini bersifat pasif dalam artian tidak ada bagian yang bergerak.
Jadi larutan nutrisi akan ditarik ke media
yang selanjutnya disalurkan ke media tanam dari bak atau tangki penampungan
melewati sumbu. Dengan memanfaatkan daya kapilaritas sumbu maka air dan nutrisi
dapat mencapai akar tanaman.
Sistem sumbu adalah sistem yang sangat ideal
bagi yang sangat menginginkan tanaman di pekarangan dapur, ruang tamu dan
bahkan di halaman rumah yang luasnya tidak begitu lebar.
Dalam aplikasinya wick system dapat
dicampurkan media tanam lain seperti perlite, vermiculite, arang sekam padi dan
kerikil pasir.
Cara menaman dengan sistem sumbu dapat
memanfaatkan sumbu kompor, kapas atau kain bekas. Intinya media tersebut dapat
menyerap air dengan baik. Boleh media dari yang kami sebutkan.
Pertama akar tanaman tidak dicelupkan
langsung ke dalam air akan tetapi akar tersebut tumbuh dalam beberapa bahan
penahan air seperti misaknya rockwool atau bisa juga sabut kelapa.
Kemudian ujung sumbu ditempatkan di dalam
reservoir yang telah diisi larutan nutrisi. Kemudian ujung lainnya ditempatkan
dalam media tanam. Dan bahkan lebih dekat ke akar tanaman.
Karena media ini lebih dominan menggunakan
sumbu maka membutuhkan banyak air dan nutrisi. Maka sumbu disusun ke media
penahana air sebagai kapiler.
Dengan begitu tanaman akan mengambil larutan
nutrisi melalui ujung sumbu dan efeknya media tanam yang dilewati sumbu menjadi
lembab.
Teknik sumbu ini udara akan tersedot oleh
akar beriringan dengan larutan nutrisi. Dengan begitu akan memastikan bahwa
tanaman menerima cukup udara.
Apabila reservoir habis maka dapat diisi
dengan cara manual. Dan ini keunggulannya karena tidak perlu menggunakan pompa
sebagaimana sistem hidroponik lainnya.
7
Hidroponik Sistem Rakit Apung (Water Culture System)
Sistem hidroponik yang ke tujuh ini merupakan
sistem yang paling sederhana diantara sistem hidroponik yang aktif.
Karena dengan memanfaatkan platform yang
terbuat dari media tanam yang mengapung sehingga kebutuhan nutrisinya langsung
didapatkan oleh akar.
Kemudian kebutuhan oksigen yang diperlukan
akar tanaman dapat menggunaka pompa aquarium yang telah dimasukkan ke dalam bak
penampung nutrisi hidroponik.
Akan tetapi dengan menerapkan sistem ini
tidak dapat bekerja efektif untuk tanaman dengan ukuran yang besar dan jangka
panjang. Hanya tanaman kecil saja, seperti seledri, sawi dan lain-lain.
7.1 Cara
Menaman Dengan Sistem Rakit Apung
Pertama pastikan terlebih dahulu tanaman yang
ditanam adalah jenis tanaman yang relatif singkat. Contohnya kangkung dan sawi.
Kemudian lakukan teknik semai dengan media tanam aram sekam bakar selama lebih
kurang 2-3 hari.
Alat dan bahan yang mesti dipersiapkan adalah
sebagai berikut:
§ Bak plastik dengan ukuran 50×30 cm dan tinggi
20 cm yang berfungsi sebagai penampung larutan nutrisi.
§ Rockwool yang berfungsi sebagai media tanam.
§ Gelas air mineral berfungsi sebagai media
tumbuh tanaman.
§ Cutter berfungsi sebagai pemotong stayrofoam.
§ Aluminum foil berfungsi sebagai pelapis
stayrofoam.
§ Dan paku yang dapat berfungsi untuk melubangi
bagian dari gelas mineral.
Ingat prinsip utama menggunakan sistem rakit
apung adalah dengan menempatkan tanaman mengapung di atas caitan nutrisi.
Nah, keunggulan cara ini adalah tanaman
nantinya akan mendapatkan pasokan nutrisi berupa air dan oksigen secara rutin
dan juga akan memudahkan dalam hal perawatan.
Tahapan sistem rakit apung dapat digambarkan
seperti berikut ini:
§ Potong sesuai dengan ukuran bak
penampung/plastik lalu lapisi dengan aluminium foil.
§ Lubangi stayrofoam dengan jarak kira-kira
tidak rapat. Lubang ini nantinya berfungsi sebagai tempat meletakkan gelas air
mineral. Lalu lubangi juga bagian bawah gelas air mineral dengan paku.
§ Atur net pot ke dalam lubang gabus tersebut.
Dan beri tekanan sedikit hingga gelas air mineral menyentuh sedikit permukaan
larutan nutrisi. Atau dapat diatur dengan ukuran rata-rata 5 cm.
§ Dan terakhir potong rockwool menyerupai kubus
dengan ukuran 3x3x3 cm. Lalu gunting agar dapat membentuk celah. Disinilah
nantinya bibit cangkung diletakkan. Selanjutnya tempatkan bibit kangkung di
dasar pot.
#8 Sistem
Fertigasi (Fertilizer And Drip Irigation System)
Sistem fertigasi adalah sistem hidroponik yang
paling banyak diterapkan di dunia. Karena sistem ini menggunakan drip
irrigation atau irigasi tetes dimana tanaman akan disiram dengan cara
meneteskan air.
Sistem fertigasi tidak hanya aor saja yang
diteteskan namun air tersebut telah dicampur larutan nutrisi. Sehingga
pertumbuhan tanaman tetap terjaga.
Artinya dalam satu tetes sudah mengandung
nutrisi yang lengkap. Kemudian pengoperasiannya juga tergolong mudah.
Kelebihan sistem ini diantaranya: (1) dalam
pemberian nutrisi dapat diatur sesuai dengan kedewasaan tanaman. (2) Aman dari
penyakit dan dijamin bersih. (3) Mengatasi problem tanah.
(4) Mampu meningkatkan hasil dari pendapatan.
(5) Kualitas dari hasil tanam jauh lebih baik. (6) Penggunaan pupuk yang tepat
sasaran dan (7) Mampu menghasilkan tanaman yang banyak (kuantitas).
Kekurangan sistem ini setidak ada empat
yakni: (1) Modal yang dibutuhkan terlalu tinggi. (2) Perlu pengetahuan yang
cukup untuk memulai dengan teknik ini. (3) Harus diurus secara berkala dan
berkelanjutan. (4) Apabila kerusakan dalam sistem pengairan akan berpengaruh
dalam hasil pertanian.
#8.1 Cara
Menaman Dengan Sistem Fertigasi
§ Siapkan dripper set yaitu dripper, nipper dan
microtube.
§ Siapkan bak penampungan nutrisi semacam
tendon dan juga jet pump (pompa air). Beri lubang untuk aliran air dan juga
untuk sirkulasi udara.
§ Kemudian pasanglah pipa nurisi yang dekat
dengan polybag. Panjang dan kekuatan pipa tergantung kebutuhan.
§ Apabila semua telah terpasang dengan benar.
Maka lakukan pengujian dengan menempatkan gelas plastik di masing-masing kedua
ujung dripper.
§ Hidupkan pompa dan ukur air yang keluar
selama 5 menit untuk mendapatkan air ukuran 100 ml atau bisa juga sesuai
kebutuhan.
§ Setelah itu uji dengan tes waktu. Kapan dan
berapa lama proses penetasannya.
Komentar
Posting Komentar